Minggu, 09 Desember 2012

Nasi Bakar Teri "Tunggal Sari"

Ehemm...
Semoga gak ada yang bosan dengan postingan saya karena setiap memposting, baru bisanya menginformasikan kuliner-kuliner yang ada di sekitar kampus IPB Dramaga. (well, secara habitatnya memang di Dramaga).
Kali ini, saya akan bercerita tentang "nasi buri" alias nasi bakar. Belakangan ini, nasi bakar menjadi salah satu trending topik perkulineran nasi-nasian. Jadi sekarang, kalau makan nasi gak thok nasi putih, nasi liwet, ato nasi goreng tapi ada improvisasi lain yang bisa di coba yaitu nasi bakar.
Nasi bakar teri yang saya coba ini skornya diatas 5 lah dari sekian nasi bakar yang pernah saya coba.


Nasi bakar itu bentuknya semacam perpaduan antara nasi timbel dan nasi liwet in my point of view. Nasi yang diberi bumbu, kemudian dibungkus dengan daun pisang. Baru setelah itu dipanggang di atas bara api (bukan di bakar, hmm mestinya namanya nasi panggang gitu yaak). Nasi bakar di tiap warung/RM yang menyediakan menu nasi bakar punya karakteristiknya sendiri. Di warung tempat saya makan ini sebenarnya memberikan berbagai macam pilihan nasi bakar. Ada nasi bakar ayam, jamur, oncom, nasi bakar hijau dan polos tetapi saya lebih tertarik pada nasi bakar terinya. Nasi tadi dibumbui dengan bumbu tertentu (rahasia perusahaan masing-masing, soale rasanya beda pasti di tiap tempat), di campur daun kemangi, cabe rawit, dan tentu saja teri di dalamnya. Lauk pelengkapnya, as you can see in the pict above ada tahu tempe goreng, ayam goreng, lalapan dan sambel. Nasi ini paling pas dimakan saat panas, saat membuka bungkusan daun pisangnya, aroma nasinya akan menyeruak dan membuat lapar semakin menjadi. Untuk satu paket komplit seperti di atas, dihargai dengan IDR 21.000. Yaa memang agak tidak terjangkau untuk kalangan mahasiswa yang biasanya makan pecel ayam seharga IDR 8.000 dan bisa nambah nasi sepuasnya. Tapi warung ini bisa jadi recommended place untuk menjamu orang tua/keluarga yang sedang berkunjung (secara kalo kyk gitu, yang mbayarin pasti yang berkunjung. LOL).
Nasi bakar ini bisa ditemui di Saung Tunggal Sari, seberang Hotel Duta Berlian Dramaga, Bogor.

Selamat mencoba...!

Sabtu, 27 Oktober 2012

Kupat Tahu vs Ketoprak

Apa bedanya? Tipis-tipis sih beda dua jenis makanan ini. Dari mulai bahan-bahannya dan cara pembuatan dan penyajiannya. Kali ini cerita Kupat Tahu. Tulisan Ketoprak akan diceritakan di posting berbeda.


Aku mengingat kupat tahu saat masa kecilku di Tasikmalaya. Ada Kupat Tahu di pojokan kota yg rasanya bisa membuat orang di kota-kota jauh datang hanya untuk mencicipi rasanya. Potongan ketupat dan tahu goreng panas, ditutupi rebusan toge goreng dan disiram bumbu kacang. Yg disajikan di Gasub ada sedikit berbeda. Kerupuknya dihidangkan terpisah. Satu piring penuh untuk masing-masing pembeli. Membuat repot saja karena tidak tahu mau disimpan dimana tuh piring kerupuk.

Lihat saja sekeranjang kerupuk yg dicantelkan diantara pohon mahoni di pinggiran Jalan Gatot Subroto Bandung.

Kupat Tahu Singaparna begitu tertulis di kaca. Diseluruh tanah Pasundan jenis makanan kupat tahu bisa mudah ditemukan. Di Bogor ada yg namanya Doclang. Nah itu agak beda lagi rasanya. Lontong sayur juga beda tuh.




Senin, 22 Oktober 2012

Kapurung...

Kapurung...
Dari namanya, mungkin tidak banyak orang yang familiar, apalagi di tanah Sunda seperti Bogor ini...
Kapurung memang bukan makanan khas masyarakat Bogor. Dan kenapa bisa muncul di blog ini.. Hmm, well sedikit ego mungkin karena kangen yang amat sangat dengan masakan yang biasa dibuatkan mamak saya ini. Saking kangennya mbela-belain masak dan menjadikan teman-teman saya sebagai korban penikmatnya...

Kapurung adalah makanan khas dari Luwu, Sulawesi Selatan. Orang yang berdarah bugis atau pernah berkunjung ke daerah Luwu biasanya "ngeuh" sama makanan ini. Basically, bahan dasar makanan ini adalah sagu (salah satu bawaan wajib kalo abis mudik " sagu kering"). Kalo di kawasan paling timur Indonesia, sagu diolah menjadi Papeda yang biasanya disantap dengan kuah kuning atau sayur. Nah, agak geser ke daerah tengah Indonesia, sagu tadi disajikan dalam bentuk bola-bola kecil bercampur sayur mayur dan ikan/daging. 

Dari beberapa langkah memasak Kapurung ini, yang paling membuat tegang adalah cara mengolah sagunya. Sagunya tidak dimasak diatas kompor, melainkan disiram dengan air mendidih. Kalo takaran sagu dan airnya tidak pas atau airnya gak sampai mendidih, gak akan jadi deh itu adonan sagunya. Bisa keenceran atau kekentalan. 


ini adonan sagu yang sudah jadi, trus dibentuk jadi bola-bola sagu kecil

Nah, kalau di tempat asalnya sayuran-sayuran di dalam kapurung biasanya terdiri dari daun kacang/daun bayam/ daun melinjo, kacang panjang, terong bulet, jagung, jantung pisang, ditambah asam patikala (yang ini gak tau bahasa Indonesianya T.T ). Disamping itu sering dicampur ikan/daging sapi/daging ayam dan kacang goreng sebagai bahan tambahan. Bumbunya sendiri sangaaat sederhana, cuma perlu cabe rawit, tomat, garam, dan terasi. Pelengkap terakhir, jangan lupa kuah ikan masak dan air jeruk nipis. Jadi deh Kapurung yang lezat dan bergizi. Kalo dari rasanya sebenarnya adek kakak-an sih sama Tom Yam dan Sayur Asem, pedes dan asem. Paling pas dinikmati saat masih panas-panasnya.

Begini penampakan Kapurungnya....

Kalo menyadur quotenya Anthony Bourdain yang dicontek dari account sebelah, makanan itu soal budaya. Apa yang menjadi hasil proses belajar hidup sebuah komunitas masyarakat. Seperti halnya terciptanya Kapurung dengan memanfaatkan hasil alam yang memang melimpah di lingkungan. Di tanah asalnya, Kapurung tidak pernah luput dari keseharian masyarakat. Makanan ini juga bukan makanan yang bisa dinikmati hanya oleh satu dua orang, tetapi makanan yang memang paling cocok dinikmati segerombolan orang. Kenikmatan tiada tara memang saat tanding-tandingan menyendok kapurung ke piring masung-masing lalu di-sruput (lupa bilang, kalo makan sagunya itu gak dikunyah, tapi langsung ditelen :D ), kadang sampai lupa udah nambah berapa kali. 

Hmm, sayangnya di Bogor ini belum ada saya temukan warung yang menyediakan Kapurung jadi tak bisa merekomendasikan tempat yang pas. Well, silahkan berkunjung ke tanah Sulawesi Selatan kalau mau mencoba.. heheh.. 

   

Jumat, 12 Oktober 2012

Soto Daging plus Keroket Mang Bonin

Soto Mang Bonin, adanya di Jl. Samboja-Merdeka, Bogor. Awalnya, sepulang yoga di Kebun Raya Bogor, Cici, mengajak saya, Vega dan Sari menikmati soto ini. Dikira dekat, ternyata lumayan juga dari Kebun Raya hingga Merdeka, naik angkotlah ke sana.

Tiba di Jl. Samboja, kira-kira jam 10 pagi. Di pinggir sungai, ada sebuah tenda penuh sesak oleh pelanggan. Ada yang berdiri, nunggu giliran dapat tempat duduk. Dua orang laki-laki berdiri depan gerobak, yang satu sibuk memotong keroket dan daging, lalu dimasukkan ke dalam mangkok. Satu orang, ambil mangkok bawa ke pelanggan.

Lumayan, nunggu orang selesai makan, sambil duduk di tembok pembatas sungai, dibawah pohon ceri. Tak lama kami pun dapat tempat duduk. Lalu memesan teh botol dingin, dan soto bonin. Tiba di meja, soto bening dengan potongan keroket kering, dan daging urat. Kasih perasan jeruk nipis, segar!

Soto Mang Bonin buka hingga jam 11 siang, kalau sedang beruntung. Kadang sudah kehabisan. Jadi jangan terlambat kalau mau mencicipi Soto Mang Bonin.[irma dana]

Kamis, 11 Oktober 2012

Lumpia Basah Idola Bara...

Yaak! Kembali saya mau bagi-bagi cerita icip-icip kuliner di sekitar kampus IPB (ketauan banget sih anak nangkring kampus -_____-)...
Satu kuliner legendaris yang juga menjadi idola di sekitar Bara itu adalah Lumpia Basah... (bertahun-tahun menikmati, saya tak kunjung tahu nama abangnya sapa. Payah!).

Kalo ngeliat-liat abangnya masak dan meng-icip-icip makanananya, Lumpia Basah ini terdiri dari toge (lumayan banyak togenya), irisan bengkuang (bengkuangnya warna coklat, mungkin dimasak pake gula aren kali yaa), dan telur ayam, ditumis dengan bumbu yang cuma abang-abangnya yang tahu itu campuran apa. Level pedesnya by request, dari gak pedes, sedang, pedes, dan pedes banget...Kemudian, tumisan sayuran tadi dibungkus kulit lumpia yang sudah diolesi adonan warna coklat (yang asumsi saya, itu bahannya dari tepung kanji dan gula aren :D), tidak lupa dibungkus daun pisang daan voilaaa... Bisa dibawa pulang deh.. :D dengan membayar Rp. 5.000 per porsinya. Lumayan bikin kenyanglah...

Lumpia basah ini seperti tadi udah dibilang, dibuat dari toge yang lumayan banyak... Toge terkenal menambah kesuburan untuk pria dan wanita. Hasil membaca artikel ini,ternyata banyak kandungan dari toge yang merujuk pada peningkatan kesuburan... Wauww!!

Sooo gak ada salahnya nyemil lumpia basah sering-sering :P.
Ehh, saya lupa... Kenapa saya bilang idola, karena diwaktu-waktu tertentu... Buat beli lumpia basah ini, diperlukan kesabaran ekstra untuk mengantri karna orang yang mau juga banyak -_____-
Anyway, kalo berkunjung ke kampus IPB, jgn lupa mencoba :D

Rabu, 03 Oktober 2012

Martabak Gang Aut


Seorang kawan pecinta kuliner yg menghabiskan masa kecilnya di Kota Bogor begitu tergila-gila dengan martabak Gang Aut. Apa sih yg membuat nih martabak istimewa dibanding martabak lainnya? Dibuat dengan cinta. Itu saja!

Hati-hati jika datang pada hari Sabtu-Minggu dari hari libur. Kehabisan. Dan nih Bapak akan melenggang pulang ketika adonannya habis. Tidak berpikir untuk menambah jumlah penjualan Koh. Atau menjual franchise. ??


Dulu waktu saya masih SMP, ngkoh membolehkan saya membeli seperempat saja. Saya masih inget. Dan berterimakasih untuk itu. Rasanya masih sama. Enak.

Segitunya tuh kawan cinta sama nih martabak.

Jumat, 28 September 2012

Si Udang Pancet SImpang Raya


Semaleman suntuk ngelengkapin administrasi buat pengajuan dana penelitian, akhirnya jam 2 malem kelar juga. Inget ntar pagi ada janji ama Mbak Itok di Baranangsiang, akhirnya gwa memutuskan untuk tidur, walaupun sebenernya belum ngantuk. Niatnya sih biar fresh ntar pagi..

Jam 9 pagi gwa baru bangun dari kasur tercinta. Ngeliat waktu yang dipunya tinggal satu jam lagi, akhirnya gwa buru-buru mandi dan langsung memanaskan mesin motor. Selama 20 menit berlangsung, gwa dengan segera merapat ke kedai Telapak di Baranangsiang, tempat janjian gwa ama Mbak Itok. Menggunakan kecepatan 60 km per jam dengan jarak tempuh Laladon (rumah gwa) – Baranangsiang kurang lebih 13km,  selang 30 menit udah sampe di tempat janjian. Mumpung masih ada waktu 10 menit menuju jam 10 pagi, gwa manfaatkan untuk sarapan pagi di bubur ayam samping gedung alumni IPB. Lumayanlah buat ngeganjal perut…

Pertemuan kali ini, Mbak Itok menugaskan gwa untuk menulis mengenai “Subak”. Nah loh.. nulis nih? Hal yang baru gwa denger lagi “Subak”. Hmm.. Tapi gak jadi masalah buat gwa, ini jadi kayak semacam tantangan aja buat ngebuktiin gwa bisa nulis. (kalau nulis sesuatu tentang Subak aja bisa, berarti ntar nulis buat skripsi gwa lancar jaya doong?… hmm.. Ngarep!).

Kaya biasanya, sebelum mulai nulis harus cari banyak referensi dari jurnal, artikel, blog, dan sebagainya. Mesen satu gelas jus alpukat akhirnya tugas pertama segera dijalankan. Hoho.. Pas lagi nulis, kadang suasana hening, kadang juga gwa ajak ngobrol Mbak Itok untuk sekedar berdiskusi. Sampe akhirnya gwa lumayan keriting mikirin subak, subak, dan subak.

Tepat jam 1 siang, puncak dimana hari begitu menyebalkan karena mentok alias bingung apa yang mau ditulis, beruntung Mbak Itok saat itu ngajak makan. Dan gwa rasa sekarang memang tepat buat makan siang, karena kalori dari bubur ayam yang tadi pagi udah terkuras habis sepertinya. Haha… pilihan siang itu adalah masakan padang Simpang Raya di seberang jalan kedai Telapak persis.

Nyebrangin jalan melalui jembatan layang itu sesuatu sekali ya.. Apalagi lagi panas-panasnya cuaca. Tapi, beruntung ada temen ngobrol, Mbak Itok jadi gak kerasa udah sampe RM Simpang Raya (tapi emang deket juga sih lokasinya, hahaha…). Seperti ciri khas Rumah Makan Padang pada umumnya, RM Simpang Raya juga dipenuhi sama cermin-cermin disetiap sisi dindingnya. Setau gwa sih tujuannya biar Rumah Makan Padang itu keliatan luas..

Wih.. ramenya… memang sekarang udah masuk jam makan siang sih.. Makanya banyak pekerja kantoran yang berdatangan untuk makan (yaiyalah makan, masa karokean? Hehe).  Sampe sana langsung disambut oleh para pelayan Rumah Makan. Gwa disuguhin berbagai macam menu. Mulai dari gulai-gulaian, ayam-ayaman, rendang-rendangan, hingga akhirnya pilihan gwa jatoh ke “Udang Pancet Goreng Panas”. Wiih… namanya aja udah ganaskan, “Udang Panas”, disajiinnya diatas bara api kali ya, hehe…  cocok buat naikin mud, pikir gwa…

Selesai mesen, langsunglah mencari tempat duduk yang gak jauh dari pintu depan RM. Pelayannya cekatan nih, interaktif lagi. Abis perasaan baru duduk, makanan udah dateng aja. Segala di tembak buat nambah nasi pula. Beu.. yang ini aja belum disentuh bang. Hehe.. Aih..aih.. Asik dah udangnya gede… panas pula, karena baru digoreng. Hmm.. dari baunya aja udah mengundang selera. Enyak..enyak.. kayanya pas nih pilihan menu makan siang gwa hari ini..


Bener aja kan, pas suapan pertama rasa udangnya nendang bangat dah. Langsung berjalan mulus di tenggorokan gwa tuh udang, gurih-gurih gimana…..gitu. Dicampur dengan sayuran dan sambel hijau ala padang, bikin menu udang kali ini tambah sip buat dinikmatin di siang hari. Hmm..seger.. Kalo diliat dari segi fisik, ini udang cuma digoreng doang tanpa dibalutin atau ditambahin oleh sesuatu bahan apapun. Tapi, rasanya itu loh… Super sekali… rempahnya kerasa banget. Apalagi udang itu kaya akan protein dan kalsium.. Udah enak, bergizi lagi…aih..aih.. suap demi suap dihayati banget dah makannya, hehe.. (inget bubur tadi pagi makannya cuma selewat-selewat doang, hahaha..)

Kami gag ngabisin waktu yang lama buat makan siang, karena masih harus ngelanjutin kerjaan yang ketunda. Sebelum bayar ke kasir, gwa ama Mbak Itok iseng-iseng nebak harga makanan yang kami makan. Setelah nyicipin dan nikmatin masakan tadi, gwa nebak harga 1 porsi udang pancet dan 1 porsi rendang ngabisin sebesar Rp. 50.000,-  Dan ternyata, tebakan gwa meleset sedikit. Total pengeluaran makan siang di RM Simpang Raya Rp. 58.000,- dengan rincian 1 porsi udang pancer itu Rp. 35.000,- sedangkan 1 porsi rendang Rp. 23.000,- . haha… masuk akal sih buat rasa masakannya… Pokonya recommended pake banget deh buat para pecinta udang, makan udang pancet di RM Padang Simpang Raya… Inget, makannya di siang bolong ya… hehe… Selamat menikmati… J

Sabtu, 22 September 2012

Pempek Yellow Corner

Jreng.. Jreng.. Jreng..
Ini sharing perdana saya tentang kuliner..

Kemarin sempat ditanya mbak ithok (one of this blog contributor yg sdh berbaik hati mau mengundang berbagi :D): " Apa jajanan favoritmu di Bara sana?" (Fyi, Bara itu daerah di sekitar Kampus IPB Dramaga, tempat mahasiswa/i nyari pengisi perut). Waktu itu, entah karena udah lama banget gak makan atau lagi pengen saya langsung menjawab "Pempek Yellow Corner mbak!".

Akhirnya, pempek ini menjadi postingan saya yang pertama :D.
Saya nulis sambil menikmati pempek-nya loh. Dan begini penampakannya :

Jadi, pempek ini salah satu jajanan yang ada di daerah dalam kampus IPB. Nama kompleks jajanannya Yellow Corner (mengingat di dalam kampus masih ada lagi macem-macem corner yang laen :D).

Apa yang bikin ini barang enak?

  • Pertama, rasa ikannya lumayan tajam. Biasanya kalo jajan pempek dipinggir jalan yang dominan adalah rasa kanji-nya (aci) dibanding ikan.
  • Kedua,ditempat ini ada beragam jenis pempek seperti Kapal Selam, Telur Kecil, Ada'an, dan Lenjer, ada juga disediakan Tek Wan.
  • Ketiga, kuah cukanya mantap!. Lumayan pedes untuk yang gak suka makan pedes :D.
  • Keempat, yang jualan ramah. 
Ibu yang jualan bercerita, kalau dalam membuat pempek itu yang bikin enak tergantung ikannya. Karena di Bogor ikan tenggiri (which is bahan utama bikin pempek, kalo di tempat asalnya) mahal, jadi pempek buatan dia terdiri atas campuran ikan tenggiri dan ikan gulung :D. Makan pempek seperti disajikan di atas itu sebenarnya bukan gaya makan pempek orang Palembang asli. Orang Palembang kalo makan pempek gak pake sendok sama garpu. Karena jualannya di kampus, dan yang disajikan makanan orang terdidik, makanya disajikannya itu pake sendok dan garpu( ini kata ibunya loh :D).

Untuk yang mau membuktikan, silahkan langsung meluncur :D

Selamat hari minggu!!


   

Rabu, 19 September 2012

Jus Alpukat Kedai Kami

Kalo siang udara terasa terik di Bogor. Paling enak nongkrong di Kedai T, pesen segelas Jus Alpukat. Kental. Disiram seduhan air kopi. Kalo suka tambah sedikit gula semut warna coklat.

Ada banyak guna buah alpukat (Persea americana). Kandungan nutrisinya tinggi. Dari mulai protein, lemak bermanfaat (kolesterol baik HDL), karotenoid untuk mata, anti inflamasi (peradangan), kesehatan jantung.

Alpukat menyediakan semua 18 asam amino esensial yang diperlukan bagi tubuh untuk membentuk protein lengkap. baca sendiri deh di sini untuk detilnya. http://health.kompas.com/read/2012/01/06/1422363/6.Nutrisi.Berkhasiat.dari.Alpukat

Ada beda cara makan alpukat di Indonesia dan di Amerika dan Eropa. Biasanya mereka menambahkan alpukat ke dalam salad. Kalau di daerah Amerika Latin beda lagi. Saus colek ala Meksiko, yang disebut guacamole. Wah sedap sambil ngobrol makan colekan keripik jagung. ah jadi kepengen deh.

Satu pohon alpukat tumbuh tinggi di halaman belakang rumah Nini di Cikoneng. Kalau musim ulat tiba, semua daunnya gundul dimakan ulat. digantikan dengan kepompong indah berwarna kuning. entah jenis kupu-kupu apaan tuh. daging buahnya yg kuning, gurih seperti mentega. Di Pasar Bogor ada banyak alpukat. kecil-kecil tapi lumayan lah. masih rasa alpukat.

mari hidup sehat.

Bubur Ayam

Saat hujan turun di Kota Bogor, paling enak nongkrong makan bubur ayam. Sebrang Terminal Bis Baranangsiang, di bawah jembatan penyebrangan, ada tuh, BUBUR AYAM BANG KUMIS. Makan berdua sama si Ndon, 2 bubur dan dua sate, bayarnya 13rebu.

Ini gambar sate usus. ada berbagai macam sate lainnya. sate ati, sate empela, sate telor puyuh. ditaburi serundeng kelapa.

Bubur ala Sunda beda dengan Bubur Madura. Ada tambahan rebusan cincang lobak dan kol. selain seledri tentunya. kalau bubur madura memang kuat di rasa bumbu kuningnya. gak pake merica kalau bubur madura, kata si penjualnya yg asli orang Madura. BAC lah kalau yg sekarang marak di Bogor. Bubur Ayam Cianjur.

Bubur jenis apapun, yg jelas bubur ayam di sore hari, mantap!

Selasa, 18 September 2012

n.u

nasi uduk. siapa orang Bogor yg gak kenal kelezatan nasi uduk. nongkrong di pinggir jalan, banyak dijual untuk sarapan pagi. sepiring nasi, kerupuk dan bawang goreng, 3 ribu saja. sate kikil seribuan. gorengan hanya lima ratus.

dengan jualan 3 ribu saja, nih bapak bisa untung. dia terlihat kalem saat orang gonjang-ganjing kenaikan BBM atau isu lainnya. mungkin orang yg seperti ini yg idealnya mendapat sebutan pahlawan. atau mendapat award hadiah gak usahlah ratusan juta, beberapa juta saja sudah bisa membuat dia tersenyum.  

bukannya dilindungi dan didukung malah dihambat. saat ada perlombaan kebersihan tingkat antah-berantah, nih bapak dilarang berjualan. katanya merusak pemandangan dan lingkungan. padahal banyak orang berseragam ikutan juga sarapan kalau pagi di sini. ih teganya. {rm}


Minggu, 16 September 2012

Sop Buntut Mang Endang


Siapa yang tak pernah mencicipi sop buntut Mang Endang yang ada di Air Mancur, Jl. Sudirman, Bogor? Dulu, sop buntut ini penjualnya Mak Emun, sekarang dilanjutkan sama cucunya,  ya Mang Endang ini.

Ada beberapa cabang di bogor sop buntut Mak Emun ini, tapi saya lebih suka menikmati semangkok sop buntut ini yang ada  di Air Mancur, entah kenapa, yang jelas memang enak.

Buntutnya empuk, ditambah brokoli dan wortel, ditaburi bawang goreng. Jangan lupa kasih perasan jeruk dan sambal, rasanya dilidah enak banget!
Jangan lupa buka sebungkus emping, untuk menambah selera makan......[irma]

Sabtu, 15 September 2012

Kerupuk Mie

siapa yg pernah sekolah di tanah priangan tentunya akan mengenal jajanan ini. Kerupuk Mie  yg dicelup dalam sambel kacang pedas.

dulu waktu jaman masih SD, tahun 80an, harga satu kerupuk dijual 10 rupiah. sekarang dijual di dekat rumah seharga seribu. seorang nenek sepuh dan seorang kakek yg setia menjual mie ini.

biasanya dicampur dalam asinan bogor. atau mie juhi. enak kriuk-kriuk. ada bagian yg keras di sana-sini. tapi yah enak aja.

banyak orang suka kerupuk ini. anak saya yg masih di SD, juga hobi jajanan ini.

warna kuningnya menarik sekali. pake pewarna apakah? {rm}

awalnya

seorang kawan baru balik dari jogjakarta. menghadiri sebuah acara. ... gw abis ikutan acara sharing pewarta komunitas yang diadakan combine ada blogger, radio komunitas &pewarta #gerilyamedia. (tante id)

tawaran membuat sebuah blog yg khusus menceritakan kuliner kota bogor pernah juga dibahas dengan seorang kawan (lain) yg pecinta bakso. sepertinya tidak ada pangkalan bakso yg belum pernah dia cicipin. (tante nn)

ada lagi yg begitu bersemangat ngantri martabak jajanan SD yg si aki penjualnya konsisten dengan rasa dan gayanya. tidak ada keinginan untuk menambah jumlah adonan atau membuka franchise di kota lain. kalo udah habis, yah pulang. padahal yg beli sampe bergerombol. (tante ed)

antara kota dan kuliner erat berhubungan. simak postingan cerita dan poto-potonya! {rm}