Sehari menjelang puasa, mendapat kesempatan menikmati
semangkuk Mie Kosim Taman Kencana. Bukan si Kosimnya yg ngelayanin. Rasanya sedikit
berbeda. Tapi rasa khas mie-nya masih terasa lah. Walau Muhamidayah sudah mulai
berpuasa hari ini, tapi keramain di tukang jajanan di sudut Taman Kencana masih
terlihat ramai.
Saya mengenal mie kosim sejak jaman kuliah tahun 90an dulu. Mungkin
karena duit pas-pas-an, kalau pas ke kota dan makan mie ini, rasanya enak
banget. Tapi sampai sekarang, tahun 2013, memang rasanya masih enak kok. Apalagi
dulunya ada pohon kemuning besar tepat di depan gerobaknya kosim. Sekarang sudah
gak ada. Ditebang karena peremajaan tanaman kota, kata kosim dengan nada lirih.
Biar bagaimana, jajanan DPR (di bawah pohon rindang), tentunya membawa suatu
cerita sendiri.
Gak sengaja juga, sorenya jajan mie ayam di sebuah mal di
jalan baru. Hujan petir gede menggelegar memaksa kami berteduh. Lumayan, begitu
kata DD sambil memberi rekomendasi. Mie jamur pesanku. Jamurnya gak ada. Karena
udah dicampur dengan ayamnya, kata si penjaga seadanya. Ketika pesanan datang,
benar aja. Beda banget sama poto yg nempel di menu. Jamurnya sudah hancur,
tidak kalah ketus sang kasir memberi penjelasan. Dia juga tidak mengembalikan
500 rupiah kembalian dari pembayaran. Kali ini tanpa penjelasan.
Yg bikin jajanan enak tuh memang bukan melulu rasa
masakannya. Tapi si penjual dan tempatnya. Sayang jajanan di mal-mal berdinding
beton ini tidak berhasil mengangkat suatu yg khas dari rasa ‘jajanan rakyat pinggir
jalan’.
*DPR = Di bawah Pohon Rindang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silakan menulis komentar di sini